Sluurp! Menyeruput Java Mocca di Doesoen Kopi Sirap yang Sejuk

Sluurp! Menyeruput Java Mocca di Doesoen Kopi Sirap yang Sejuk

Semarang – Di kedai Doesoen Kopi Sirap bisa menghirup aroma dan menikmati rasa kopi java nocca. Pemandangan asri sejuk akan menemani Anda ngopi. Sedap!

Pecinta kopi bisa merasakan sensasi nyeruput kopi, sekaligus berwisata di kebun kopi. Datang saja ke Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.

Untuk sampai ke lokasi Doesoen Kopi Sirap, sangatlah mudah. Bagi Anda yang meluncur dari arah Semarang maupun Magelang, temukan dulu lokasi deretan penjualan oleh-oleh buah nangka di kawasan Jambu.


Dari sana Anda bisa tanya orang setempat arah menuju dusun tersebut. Bagi rombongan wisatawan yang naik bus, harus berganti armada untuk sampai lokasi warung desa (wandes) Dusun Sirap. Karena kondisi jalan menanjak dan sempit. Sedangkan bagi yang mengendarai mobil pribadi maupun sepeda motor bisa sampai di lokasi.
Sluurp! Menyeruput Java Mocca di Doesoen Kopi Sirap yang Sejuk Suasana Doesoen Kopi Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten SemarangFoto: Eko Susanto/detikcom

Para petani kopi di Dusun Sirap tergabung dalam Kelompok Tani Rahayu IV. Bahkan, yang membanggakan kelompok tani ini telah memiliki warung desa dan pengelolaan warung ini dilakukan para remaja dusun setempat. Wandes berada di dekat kebun kopi.

Pengunjung bisa memesan kopi asli yang dipetik dari Gunung Kelir, sekaligus menikmati pemandangan alami berupa kebun kopi. Anda juga bisa melihat orang berlalu lalang yang akan menuju kebun maupun penderes pohon aren.

Sluurp! Menyeruput Java Mocca di Doesoen Kopi Sirap yang Sejuk Pengunjung bisa memesan beragam jenis kopi untuk dinikmati di tempat. Foto: Eko Susanto/detikcom

Ketua Kelompok Tani Rahayu IV Dusun Sirap, Ngadiyanto mengatakan, jumlah anggota petani kopi berjumlah 40 orang. Pada saat ini orang berdatangan ke wandes Doesoen Kopi Sirap untuk menikmati kopi, namun ada juga yang datang untuk belajar tentang budidaya kopi.

“Kegiatan kami yang bisa dinikmati dari budidaya penanaman, perawatan, kemudian proses pascapanen dan penyajian minuman kopi,” ungkapnya pada detikfood, Sabtu (29/9/2018), malam.

Untuk peningkatan ekonomi tersebut, Ngadiyanto, memberi contoh saat kedatangan pengunjung yang ingin bermalam. Kemudian, pengurus memanfaatkan rumah warga.

“Contohnya gini, ada tamu yang pingin nginep, kami memanfaatkan rumah-rumah warga yang punya kamar kosong atau home stay,” ujarnya.

Pengelola Wandes Sirap, Nur Anisyah mengatakan, untuk pengunjung rata-rata tiap hari berkisar 15-an hingga 20-an orang. Kemudian, saat weekend atau libur lebih banyak lagi. Pengunjung bisa memesan kopi arabika, robusta, excelsa dan kopi luwak yang berasal dari Gunung Kelir.

Sluurp! Menyeruput Java Mocca di Doesoen Kopi Sirap yang Sejuk Foto: Eko Susanto/detikcom

“Untuk satu cangkir kopi tubruk di sini Rp10.000, kemudian kalau dengan metode lain satu cangkir Rp15.000. Kami juga menyediakan nasi goreng jagung per porsi Rp12.000 dan singkong goreng Rp 8.000,” ungkapnya ditemui di sela-sela melayani para pembeli.

Setelah menikmati secangkir kopi dengan varian Java Mocca, pengunjung bisa membeli dalam bentuk kemasan. Untuk Arabika Coffee Premium kemasan 150 gram Rp 40.000 dan Robusta Coffee Premium Rp 30.000. Kemudian untuk kovensional Robusta kemasaran 200 gram, Arabika kemasan 100 gram dan Execelsa 100 gram harganya sama Rp15.000.

“Kami juga menjual green bean, roast bean, gula jawa dan keripik nangka. Untuk robusta yang green bean 1 kg Rp 80.000 dan untuk arabika Rp130 ribu. Kalau yang roasting robusta 1 kg Rp 200 ribu dan arabika 1 kg Rp 250 ribu,” ujarnya. Mereka juga melayani penjualan secara online.

Salah satu pengunjung Wandes Sirap, Widhi Mukti Anugro (28), warga Tuntang mengaku, mengetahui keberadaan warung desa Sirap yang menjual kopi dari teman. “Kopi bau wangi, terus arabika body tebal. Tempat dan suasana masih alami, adem,” ujar Widhi yang penikmat kopi ini.

Sekalipun tempatnya jauh karena lokasi yang masih alami dan adem bisa untuk menenangkan pikiran. itu jadi salah satu pertimbangannya mampir ngopi di sini. “Tempat ini biasa untuk menenangkan pikiran, harga ekonomis. Sekalipun jauh bisa terbayarkan dengan kepuasan di sini,” katanya.

Sluurp! Menyeruput Java Mocca di Doesoen Kopi Sirap yang Sejuk Ngopi dengan suasana sejuk khas desa bikin pengunjung betah. Foto: Eko Susanto/detikcom

Sementara itu, Penyuluh Pertanian Tenaga Harian Lepas wilayah Desa Kelurahan dan Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Rosyid Mukhlasin menambahkan, di Kecamatan Jambu terdiri 4 desa dengan 16 dusun atau 16 kelompok tani tergabung dalam Gapoktan Gunung Kelir. Sebagian besar masyarakatnya petani kopi.

“Mayoritasnya kebunnya membudidayakan kopi robusta. Meskipun Gunung Kelir itu sendiri sebenarnya tidak di Kecamatan Jambu. Sebagian wilayah Magelang (Desa Ngrancah Grabag), kemudian Desa Banyubiru, Wirogomo juga termasuk, cuma yang lebih dominan mengenai luas dan juga kopinya ada di Kecamatan Jambu,” katanya.

Adapun luas lahan yang ditanami kopi untuk Kecamatan Jambu 948 hektar. Sedangkan produksi kopi di Gunung Kelir tahun 2012-2015 rata-rata 1,4 ton per hektar biji kering. Sekarang kopi banyak yang diolah untuk meningkatkan secara ekonomi

“Ini upaya kita untuk meningkatkan nilai tambah. Kita dampingi, kita berikan wawasan bagaimana biji kopi yang dihasilkan tidak saja dijual dalam biji kopi kering, tapi bagaimana bisa diolah seperti di Dusun Sirap ini, kita dorong terus,” ujarnya.

“Ini terbukti di wilayah Kecamatan Jambu banyak sekali masyarakat yang tergabung dalam kelompok membuat olahan kopi bubuk. Untuk di kawasan Gunung Kelir mulai dari Kelompok Tani Rahayu IV Dusun Sirap ini,” tuturnya.

Sluurp! Menyeruput Java Mocca di Doesoen Kopi Sirap yang Sejuk Beragam produk kopi kemasan yang bisa dibeli untuk dibawa pulang. Foto: Eko Susanto/detikcom

Sedangkan Dusun Sirap, selangkah lebih maju bila dibandingkan dengan kelompok lainnya. Untuk Dusun Sirap telah berinovasi dengan berbagai macam jenis kopi diolah dan punya kedai untuk menjual kopi bubuk serta siap saji. Ciri khas kopi Dusun Sirap adalh rasa mocca alami yang dikenal sejak zaman kolonial. Hal ini inilah yang tidak ditemukan di daerah lainnya.

“Kekhasan dari kopi kita ini rasa mocca alami, yang memang nggak ada duanya. Ini dikenal dari zaman kolonial dan sangat fenomenal sebagai Java Mocca. Karakter mocca alami, kopi sini kuat sekali,” tegasnya.

(odi/odi)



sumber: detik.com/food /2018



from Media News https://ift.tt/2xIIYyb

Comments